Kamis, 12 Februari 2009

DIBALIK TOPENGMU (Bagian Dua)





By Aling


Rasa benciku pada Lio...tak bisa hilang dan mungkin juga tak akan pernah berakhir.

Akhirnya kuputuskan untuk mendatangi alamat kantor yang tertera dikartu nama yag dia berikan Lio padaku beberapa waktu lalu.

Aku juga tak bisa bertemu dan menemukannya........
Satpam pun , diam tak mau memberitahukanku dimana Lio ...dan mengatakan padaku bahwa Lio tidak ditempat, saat aku datang mencari Lio keperusahaan ini . Aku yakin, satpam pun diperintahkan oleh Lio, untuk tidak melayani pertanyaan-pertanyaanku. Apalagi setelah kudengar perkataan dari satpam yang lebih menyakinkanku atas kecurigaanku ini.



"Sudahlah, Neng,...kamu pulanglah....jangan mempersulit saya...saya butuh pekerjaan ini, bukan tak mau membantu, tapi ....", kata satpam sambil menarik nafas dalam-dalam dan dengan nada getir.

Mungkin, bukan aku saja wanita yang mendatangi perusahaan ini, entah sudah berapa banyak wanita yang diperlakukan sama oleh Lio.

Dimana Lio sebenarnya, aku tidak tahu pasti, apakah ada didalam perusahaan...atau tidak aku tak mungkin bisa menyelidikinya, karena satpam tak membiarkan aku masuk.

Aku juga tak mau membuat satpam itu dalam kesulitan dan akhirnya aku pulang dengan penuh kekesalan.

###

Ah...aku ada satu tempat lagi , yang bisa membuatku mengetahui info tentang Lio, mmmm.... "Sofia", kataku kegirangan, sambil mengepalkan tangan bilang, "yes".

Dan baru kutahu dari dari Sofia, bahwa Lio adalah anak direktur Perusahaan Sun Ray, perusahaan yang tertera dikartu nama itu, sekaligus pewaris tunggal semua kekayaan orang tuanya. Karena Lio adalah anak satu-satunya. Tapi Sofia tidak membicarakan sedikit pun tentang keburukan laki-laki itu.

"Apakah Lio juga pernah melakukan hal yang sama pada sahabatku ini?", kataku dalam hati setelah kulihat juga ada binar cinta dimata Sofia tapi juga terbersit sinar kebencian saat aku banyak bertanya tentang Lio.

Tapi aku juga tak brani menceritakan apa yang aku alami. Aku berpesan kepadanya, hati-hati dengan Lio, karena aku tak igin dia mengalami hal yang sama sepertiku. Yang disambut kening mengkerut dan mata mengecil Sofia. Mimik muka yang seakan-akan, meminta kejelasann dari ucapanku tadi. Tapi aku lebih memilih bungkam seribu bahasa tentang hal itu didepan Sofia dan pamit untuk pulang.

###

Dendamku semakin kuat. Semakin menggelora......dan semakin mendorongku untuk membalas semua kejadian yang pernah aku lakukan. Tapi apa yang bisa aku lakukan, menyewa pengacara untuk mengajukan tuntutan,...aku tak punya bukti yang akurat.....mengungkapkannya dengan langsung, siapa yang percaya denganku...hanya seorang mahasiswa biasa.....dan aku yakin, Lio lebih memiliki pengacara-pengacara yang jauh lebih profersional, yang bisa mengubah segala bukti, bahkan bisa-bisa aku yang dibilang penggacau ataupun pembohong. Orang akan menyangka...aku berkata demikian hanya karena memiliki keinginan untuk hidup enak dibawah atap rumah termengah dikawasan rumah elit itu.

Jujur sebelumnya saya tak pernah mengira, Lio adalah anak pengusaha terkenal disini. Saya kira dia hanya, seorang pekerja diperusahaan itu.

Banyak sudah cara yang aku pikirkan untuk membalas semua rasa sakit ini...tapi tak ada satupun cara yang bisa membuatku membalas pedih ini...apalagi...menyembuhkan luka ini, dan setelah aku pikir-pikir cara-cara itu hanya akan mempermalukanku saja.

###

Setahun sudah peritiwa itu terjadi...peritiwa yang bagiku tak kalah pahitnya dari peristiwa gerakan 30 september PKI. Peristiwa yang selalu akan aku ingat sampai aku masuk keliang kuburku.

Tapi satu hal yang membuatku senang, akhirnya aku bisa menyelesaikan kuliahku. Embel-embel SE, menempel dibelakang namaku. Syukurlah, masalah berat ini tak membuatku menyia-nyiakan, amanah dan impian kedua orang tuaku.

Mereka pernah berkata, "tak ada yang bisa kami berikan...sekolah tinggi-tinggi ...kami akan mengusahakan untuk membiayai sekolahmu...itulah bekalmu yang paling penting, itulah modal utamamu".

Sekolah adalah tugasku. Hanya itu yang bisa aku lakukan...tapi peristiwa itu hampir saja membuatku hancur, hampir saja membuatku melupakan tugas yang diamanahkan oleh kedua orang tuaku. Padahal hanya inilah satu-satunya yang bisa aku lakukan sebagai rasa baktiku buat mereka. Dan satu-satunya hal yang mereka pinta dalam hidupku.

###

Akhirnya aku mulai mencari kerja...satu persatu surat lamaran kerja aku kirim...entah sudah berapa ratus kali aku mengirimnya...terlalu sulit pekerjaan dinegeri ini kudapat...tapi akhirnya aku mendapat panggilan lalu sempat interview beberapa kali...dan aku memilih bekerja disebuah perusahaan yang bergerak dibidang Tour and Travel. Kerja beberapa bulan, tapi akhirnya perusahaan ini bangkrut karena krisis ekonomi negeri yang berkepanjangan, membuat perusahaan ini tak sanggup untuk menutupi pengeluaran-pengeluaran perusahaan.

Lelah aku menjalani hidup ini. Jalan kehidupanku mengapa begitu berkelok. Ini kah nasib yang harus aku jalani?

###

Ngak tahu mesti kemana ?

Akhirnya aku pulang menuju arah kostku. Sampai depan kostku...dan aku pikir tak ada hal yang bisa aku lakukan disana dan akhirnya aku berbalik dan berjalan menuju warnet yang tak jauh dari tempat kostku. Siapa tahu ada sahabatku yang lagi online atau ada orang yang bisa kuajak ngobrol lewat YM ataupun sekedar membaca apakah ada lowongan yang bisa kudapat dari internet.

Pas aku buka email aku melihat ada seseorang,yang minta ditambahkan jadi teman. Ku add...id Ymnya "mdewi61", ternyata dia seorang wanita Indonesia, yang tinggal Di Taiwan.

Setelah basa-basi dan memperkenalkan diri...kami membahas banyak hal dari tentang keadaan dan berita terkini yang lagi top Indonesia dan Taiwan, tentang bagaimana dia bisa ke Taiwan...tentang hoby, kesukaan dan lain-lain, sampai akhirnya kami bicara kemasalah pribadi.Pembicaraan berjam-jam, membuat kami makin akrab dan seperti sahabat lama yang tak pernah bertemu.

Kuceritakan keluh kesahku. Karena orang ini enak diajak bicara. Aku lupa, kalau baru berkenalan. Sedikit plong yang kurasa, saat ini...apalagi , aku mendapat banyak saran dan masukan darinya.

Kami sering kontak melalu YM. Lama-lama kami seperti saudara, apalagi aku tak memiliki saudara perempuan, dan aku sudah menganggapnya seperti kakaku sendiri. Tak ada satupun kisah hari-hariku yang tak kuceritakan padanya.Banyak kata-kata darinya , yang mampu menguatkanku . Dia adalah sahabat terbaik dari Tuhan buat menguatkanku dalam banyaknya kemelut kehidupanku.

Setahun perkenalan kami, akhirnya aku mengikuti sarannya untuk kerja Di Taiwan. Sambil melupakan tempat yang paling membuatku terluka...dan mulai membuka hatiku dengan dunia baru...
Dan benar katanya, dunia tak selebar daun kelor...masih banyak harapan dan impian yang bisa aku wujudkan.

###

Setahun sudah aku di Taiwan. Hidupku tak sepahit dulu, karena aku menemukan satu keluarga baru, kakak dunia maya dan keluarganya, yang sangat memperhatikanku. Banyak kutemukan kebahagian dan kehangatan bersama mereka.

Disini aku bekerja disebuah Pabrik mie instant, atas rekomendasi keluarga kakak mayaku. Aku bisa bergaul dengan baik, dengan semua karyawan disini, dan bahasa Taiwanku pun juga sudah mulai fasih.

Selama ini, pemilik pabrik ini yang selalu baik denganku rupanya mempunyai hati denganku. Dia seorang duda yang kesepian. Anak-anaknya kerja dan kuliah di Amerika. Saya kira kebaikannya adalah lumrah karena aku adalah karyawannya....dan keluarga kakak mayaku mengenalnya.

Tapi, aku tak mungkin membalas cintanya karena aku tak memiliki sedikit pun rasa cinta pada lelaki duda itu, apalagi dengan umurnya yang hampir seumur papaku...ditambah dendamku pada laki-laki laknat itu (Lio) masih terus bernanah.

Sulit...sulit ... buatku untuk jatuh cinta. Aku meragukan setiap laki-laki yang berbuat baik terhadapku. Aku benar-benar trauma dengan kejadian masa lalu itu.

###

Suatu hari pikiran terjadi pergolakan dengan kata hatiku..

"Inilah kesempatan...dia sudah tua, hidup tidak lama, setelah dia mati...harta adalah milikmu...kamu baru bisa membalas dendam pada Lio", kata suara hatiku yang lain hendak membiusku.

Tapi aku tak mencintai laki-laki itu...dia lebih pantas jadi papaku", kataku tak mau kalah.

"Kamu tak ingin membalas dendam ?...persetan dengan cinta...sampai kapanpun hatimu tak mungkin mencintai laki-laki lagi", kata suara hatiku yang lain dengan marah.

"Aku kesini ingin hidup tenang, melupakan masa laluku, dan hidup tidak dalam kebencian!", kataku dengan tegas.

"Coba kamu pikirkan lagi...kamu pikir baik-baik..tak ada kesempatan untuk kedua kali", kata suara hatiku yang lain sambil semakin meracuni pikiranku.

Aku tersentak..."Ya, Tuhan!"

Rupanya aku duduk didepan kaca hanyut dalam pergolakan batin. Sambil mengingat-ngingat percakapan yang hadir dalam ketidaksadaranku.

Apa yang harus aku lakukan?

###

Setelah mendengar nasehat keluarga kakak mayaku, dan kutahu serta kulihat sendiri bagaimana sifat dan peranggai Tuan Lim. Dia adalah orangnya sangat baik, disenangi masyarakat dan orang-orang disekitarnya. Hanya dia hidup kesepian tanpa istri dan anak-anak, tanpa orang-orang yang dicintai dan mencintai, disampingnya...bersamanya. Dia, adalah seorang laki-laki yang butuh cinta yang tulus dan haus kasih sayang.

Aku, menerima lamaran Tuan Lim.

Entahlah....aku tak tahu pasti apa alasanku, apakah karena rasa balas budiku buat keluarga kakak dunia mayaku...atau karena kebaikan-kebaikan Tuan Lim padaku.

Ah...alasan-alasan itu, saat ini tidak penting lagi...karena yang paling penting sekarang adalah aku mesti mempersiapkan hati dan diriku untuk menjadi pendamping hidupnya, karena aku sudah mengangguk setuju dan menyetujui untuk menikah dengannya.

Setelah mendapat persetujuan dari anak-anaknya, kami menikah dan aku resmi menjadi isteri dari Tuan Lim Bun chong. Seorang duda pemilik pabrik mie instan terkenal dikota ini.

Dia selalu memperlakukan aku dengan sangat baik. Bersama waktu berlalu....ditambah kebaikan, dan perhatiannya ....mampu merubah pandangan tentang dia dan meluruhkan kebekuan hatiku, dan membuat aku benar-benar bisa jatuh cinta dan mencintainya. Kami hidup sangat bahagia..

Dia mengajakku keliling Taiwan, bahkan beberapa negara. Tempat-tempat yang menjadi impianku, telah kami kunjungi semua.

Dan dia selalu berkata, "sebelum terlambat, kita nikmati semua bersama, kapan Tuhan memanggil aku, tidak ada yang tahu, saat aku sudah tiada, kuharap aku sudah mengajakmu ketempat-ketempat yang ingin kamu kunjungi, supaya aku bisa mati dengan tenang".

Kuletakkan jari telunjukku dibibirnya, seraya berkata "aku tak ingin kamu bicara tentang mati dihadapkan,...aku ingin kita selalu bersama."

"Oke..oke...", katanya seraya merangkulku dengan mesra.

Dia begitu menyayangiku...kebahagian yang aku rasakan...dan bersama waktu yang berlalu mampu membuatku pelan-pelan melupa kan masa lalu yang begitu pahit.

###

Kebahagianku hancur, saat suatu malam suamiku terkena serangan jantung di kamar mandi. Cepat-cepat aku telepon ambulans dan membawanya kerumah sakit.

Tapi...ajal telah menyemputnya...dan membawa rohnya...membawa sebagian hati dan kebahagianku.

Runtuh sudah pertahananku...

Peristiwa menyakitkan terukir lagi dalam sejarah kehidupanku.

Setelah acara pemakaman selesai dilakukan. Saat semua anggota keluarga berkumpul, notaris datang untuk membaca wasiat yang ditinggalkan suamiku.

Separuh harta adalah milik anak-anaknya.....dan mereka mesti membagi rata. Separuhnya lagi adalah milikku. Semua tertulis jelas disana, yang mana menjadi bagian dan milikku. Dan semua sah menurut UU pembagian warisan yang ditetapkan oleh negara Taiwan.

Walaupun ada anggota keluarga yang tidak terlalu senang menerima wasiat itu. Tapi surat wasiat, tak mungkin diubah oleh siapapun.Semua harus menerima baik senang ataupun tidak.

###

Suatu hari saat aku mencari pakaian aku menemukan surat dalam lemari pakaianku...yang isinya begini dalam tulisan mandarin :

Saat kamu temukan dan baca surat ini, mungkin aku sudah tiada......

Aku mengira kamu, memiliki masalah berat dimasa lalumu, aku tak tahu dendam apa yang tersimpan dihatimu, tapi....masa lalu adalah masa lalu...apapun masalahmu dimasa lalu, tak membuatku berubah pandangan tentangmu. Bagiku ...kamu tetap yang paling berharga. Aku bahagia memperisterikanmu. Aku bahagia bersamamu.

Kalau bisa....lupakan semua itu....bukalah pelan-pelan hatimu yang dibalut dendam.....aku yakin pelan-pelan akan terbuka dan hilang....karena aku tak ingin kamu selalu dibayangi trauma masa lalu...aku ingin kamu bisa menikmati kebahagian yang sesungguhnya.

Dan yang paling aku takutkan, saat aku sudah tiada,anak-anakku akan mempersoalkan tentang warisan dan malah merepotkanmu, maka kubuat wasiat dan kuharap kamu menerima hakmu sesuai surat warisan yang aku tinggalkan. Itu adalah hak yang patut kamu dapatkan.

Jadikan uang itu berharga untuk membuat hatimu lepas dari penderitaan yang selalu terselubung dibalik senyummu .

Pergilah kemana kamu hendak pergi. Atau, andai menurutmu hanya pembalasan yang mampu membuka hatimu, membuatmu senang, LAKUKANLAH.... dengan strategi yang benar.........

dari atas, sana aku akan selalu membantumu.

Dari:

Laki-laki yang sangat mencintaimu.


Air mataku menentes tak henti-hentinya, membasahi surat ini. Ternyata dia tahu ada dendam dihatiku, walaupun dia tidak tahu bagaiamana sebenarnya masalahku, dan dia juga tak pernah menanyakan padaku.....

Cukup peka dia menangkap rahasia itu dari balik mimik wajahku, walaupun aku selalu menyelubungnya baik-baik dengan senyuman.

"Bukan aku tak ingin menceritakan masalahku, padamu.Aku tak sanggup untuk memulai....aku tak sanggup membuka cerita terpahit itu... walau sesungguhnya aku ingin sekali jujur padamu. Apalagi setelah aku tahu sesungguhnya aku telah benar-benar jatuh cinta padamu. Aku ingin mengubur dalam-dalam LUKAKU....dan hidup bahagia bersamamu", kataku sambil memegang fotomu yang selalu menemaniku akhir-akhir ini.

Dialah, Laki-laki yang membuat aku mengerti cinta sesungguhnya. Laki-laki yang mampu merubah pikiranku, bahwa tak semua laki-laki jahat...tak semua laki-laki bejat.

Dialah, juga mengajarkanku banyak hal tentang bisnis, tentang adat-istiadat, bagaimana berbuat dan bertidak dalam kehidupan sekarang dan kehidupan dialam sana menurut agama yang mereka percaya.

Dia adalah orang yang sangat bijaksana dalam menilai, memecahkan dan menyelesaikan setiap peristiwa dalam kehidupan ini, MUNGKIN karena usianya yang cukup matang...dan sudah banyak makan asam garam, sehingga sudah mengalami banyak pengalaman kehidupan.

......semua telah dia rencanakan sebaik-baiknya tanpa setahuku...., ataukah...dia tahu umurnya sudah dekat?

Jawaban ini hanya dia yang tahu!

###

Dengan modal yang ada, akhirnya aku memutuskan untuk berbisnis diIndonesia. Setelah aku melakukan riset tentang sebuah perusahan yang sebenarnya memiliki prospek yang cukup baik tapi karena krisis membuat mereka tak mampu untuk menyeimbangkan antara pemasukan dan pengeluaran.

Hari ini dalam lelang kubeli perusahaan itu. Sekarang aku memiliki sebuah perusahaan, tapi aku benar-benar harus menguras pikiran dan tenaga untuk memulihkan kesehatan perusahaan ini karena hampir dinyatakan bangkrut.

Dengan kemampuanku dan kerja sama yang baik dari semua karyawan......5 tahun, aku bisa membuat perusahaan ini tetap berdiri, dan dinyatakan perusahaan yang sehat.....karyawan-karyawan yang dulunya, hampir putus harapan karena takut tak memiliki pekerjaan bisa tersenyum lega.

Karena ketangguhanku dan keuletanku dalam berbisnis, pelan-pelan aku mulai dikenal dunia bisnis, tapi dengan identitasku yang baru.
Satu lagi perusahaan yang selalu aku incar. Perusahaan Sun Ray. Karena aku pernah mendengar kabar, mereka terjerat hutang...karena barang-barang mereka yang mereka beli, menggunakan kurs dollar yang akhir-akhir ini melambung tinggi. Perusahaan kebanggan keluarga Lio, yang sudah menjadi incaranku 2 tahun lalu, hari ini jatuh ketanganku melalui lelang.

Dengan indentitas baru, Lio tak akan menyangka, akulah pemilik perusahaan tempat dia bekerja sekarang.

Kuberhentikan dia tanpa alasan.

Pintu ruangan kerjaku digedor dengan keras. Aku yakin laki-laki bangsat itu akan mencariku, dan akan menanyakan apa alasanku memecatnya tanpa sebab.

Sekretarisku membuka pintu, dan saya menyuruh sekretarisku keluar, karena aku mengatakan kepadanya bahwa aku akan menyelesaikan masalah ini dengan caraku. Aku tak ingin masalah pribadiku, diketahui orang kantor.

"Apa butuh penjagaan didepan ruangan?", tanya sekretarisku ragu-ragu.

"Ngak usah, aku bisa menyelesaikannya dengan baik, tolong handel semua telpon dan janji hari ini", kataku dengan tegas sehingg membuat mata sekretarisku membelalak mirip mata kodok.

"Tapi....,ta.....ta...ta...pi....ada pertemuan penting sore ini dengan perusahaan di Singapore", katanya tergagap-gagap... benar-benar ragu, dengan apa yang keluar dari mulutku, karena biasanya aku adalah orang yang selalu menepati janji dan waktu.

"TUNDA...kasih alasan yang masuk akal dan beritahu mereka pertemuan diundur sampai besok pagi", kataku dengan tegas.

Akhirnya sekretarisku membuka pintu seraya mengeleng-geleng kepala bingung, dan mempersilahkan tamu itu masuk.

"Apa alasanmu memberhentikanku?", kata laki-laki itu dengan marah.

Aku duduk menghadap dinding...dan dia tidak tahu siapa aku. Aku diam mendengar ocehannya. Ternyata dia sekarang memang benar-benar butuh pekerjaan ini, karena papanya butuh biaya untuk biaya rumah sakit, papanya kena stroke sejak tahun lalu...dan mamanya hampir gila karena perusahaannya bangkrut, ditangan anak semata wayangnya ini.

Ternyata dia telah menerima ganjaran dari apa yang telah dia perbuat. Lemah terdengar suaranya...memohon supaya aku tak memberhentikannya. Tapi aku tak mungkin lemah...aku tak mungkin lupa dengan goresan yang pernah dia torehkan dihati dan tubuhku. Biar dia tahu rasa sakit,....meskipun dalam hal yang berbeda.

"Tak ada alasan....., aku tidak suka cara kerjamu", kataku sambil memutar kursiku dan membalikan muka.

Kulihat keterkejutan dimukannya. Mau lari atau tetap tinggal adalah 2 keputusan tersulitnya.

LARI.....tapi orang tuanya butuh biaya...atau...

TETAP TINGGAL...tapi mampukah dia melihat mukaku...yang memperlihatkan tayangan ulang semua perbuatannya.

Dia minta maaf, kepadaku...dan memohon aku supaya tak memberhentikannya.

"Itulah pembayaran yang harus kamu terima atas perbuatanmu!", kata dengan tegas.

"Rasa sakit yang aku rasa, jauh lebih pedih dari pada apa yang kamu rasa hari ini, tapi Tuhan sayang sama orang bodoh seperti aku", kataku seraya menatap tajam laki-laki laknat itu.

"Aku bisa saja , membunuhmu dengan mudah, dengan uang yang kumiliki....., tapi aku tak ingin mengotori diri, aku tidak sebangsat kamu,....

atau....

menelpon semua perusahaan untuk tidak menerima kamu", kataku begitu marah.

Dia berlutut meminta ampun, tapi hatiku tak semudah itu untuk luruh.

"Pergilah kamu dari pandanganku, dan jangan kamu perlihatkan batang hidungmu didepanku, aku akan melupakan masalah itu, kataku dengan suara bertambah nyaring karena emosi kemarahanku makin meletup-letup.

Dia tak juga mau beranjak, akhirnya kutelpon satpam untuk menjeretnya keluar. Dia keluar dengan paksa , tanpa bisa berkata apa-apa. Mirip sekali seperti penjahat yang diseret polisi, dalam berita-berita ditelevisi.


Taiwan,18 Desember 2008

Tidak ada komentar: