Minggu, 08 Maret 2009

Buah, ...Cinta Karena Rupiah

Lima tahun sudah pernikahan kita…
Aku sangat menikmati kebersamaan dan hari-hari penuh cinta denganmu. Bisa dibilang sebuah pernikahan yang sangat membahagiakan dalam hidupku.
Kebahagian kita bertambah lengkap saat kita dikarunia sepasang anak kembar yang sangat lucu dan pintar. Sebagi seseorang wanita, lengkap sudah kebahagian yang kumiliki. Memiliki seorang suami yang baik dan sangat penyayang, anak-anak yang lucu, dan kehidupan ekonomi yang bisa dikatakan cukup.
***
Tapi kebahagian itu hilang dan pergi entah kemana, sejak usahamu bangkrut.
kamu berubah menjadi laki-laki yang kasar dan sering bermain tangan. Semua kutahan, bukan aku tak mampu dan ingin melawan, ataupun pergi meninggalkanmu, tapi yang kupikirkan bagaimana nasib anak-anak yang tak tahu apa-apa akan permasalahan hidup dan orang tua ? Terlalu dini buat mereka, untuk kujelaskan semua hal ini.
Dan aku pikir itu hanyaledakan emosi sesaat karena pelampiasanmu atas ketidak relaanmu, akan usaha yang telah kamu rintis bertahun-tahun dan pernah meraih kesuksesan yang gemilang…. mesti gagal karena ulah sahabat karibmu yang sangat kamu percaya, ternyata menusuk kamu dari belakang.
Keputus-asa-an yang kamu alami, merubah total sosok dirimu.Merubah dirimu, menjadi seseorang yang penuh rasa kwatir dan rasa takut kehilangan yang begitu kuat.
Tapi pernahkanh kamu tahu, perbuatanmu padaku benar-benar sudah melapaui batas…aku selalu menjadi sasaran empuk setiap kali, emosimu meluap.
Bertambah lagi sekarang terlalu banyak aturan yang kamu buat dan harus aku turuti. Aku tak boleh keluar. Ataupun hanya sekedar berbincang dengan orang di telepon. Tak boleh berpakaian atau berdandan menarik dan peraturan-peraturan lainnya.
Kecurigaanmu begitu besar. kalau aku tanya alasanmu, kamu bilang takut aku meninggalkanmu, membicarakan kegagalanmu dengan orang lain.
Yang bagiku itu semua hanya perasaan-persaan yang timbul dan kamu lebih-lebihakan dalam dirimu karena goncangan jiwa. Sekarang kamu benar-benar berubahm menjadi seorang laki-laki yang sangat pencemburu dan penuh kecurigaan.
***
Mukaku akan selalu menjadi sasaran tanganmu yang melayang. Saat kamu dihinggapi emosi karena hal-hal sepele, dan kamu akan berubah menjadi sebuah sosok orang lain yang berbeda atau bahkan seperti orang kerasukan dan akan memukulku sejadi-jadinya tanpa kendali.
Memar bahkan membiru, sudah menjadi hiasan di muka dan badanku. Aku menjadi malu untuk keluar rumah. Karena setiap orang yang melihatku, berbisik-bisik seakan-akan lagi membicarakan memar ataupun bekak diwajah dan tanganku.
Karena malu… dan ketakutanku akan emosimu yang entah kapan akan meluap, aku lebih memilih diam dirumah dan tidak bergaul dengan siapapun.
Aku menjadi orang yang tak punya teman sama sekali, untuk mencurahkan segala kepahitan hidupku ini ataupun meminta saran bagaimana jalan keluar. Sedangkan pikiranku sepertinya sudah buntu…tak bisa berpikir dan untuk membuat pilihan.
Pergi meninggalkanmu tapi aku kwatir juga dengan keadaan dan keselamatan dirimu. Atau tetap tinggal dan menuruti semua aturan edanmu, yang hampir membuatku menjadi gila.
***
Saat kamu lagi tenang, aku pernah menganjurkan dan mengajakmu untuk terapi jiwa, kamu malah tersinggung dan sangat marah. Dan aku benar-benar kehabisan cara untuk membantumu, keluar dari tekanan jiwa yang mengoncangmu.
Ruang hatimu yang dulu pernah dipenuhi cinta yang bersemi seindah bunga-bunga yang bermekaran , kini berubah seperti bunga yang tinggal ranting, dimusim gugur …tak berdaun apalagi berbunga…dan cinta antara kita sudah seperti hembusan angin musim dingin yang mampu menusuk kulit ari dan mengilukan tulang-tulang.
Anehnya. Setelah kamu memukulku…kamu selalu punya cara untuk membuatku menerima dan memaafkan setiap perbuatanmu. kamu selalu berlutut meminta maaf, menangis tersedu-sedu menyesali perbuatanmu. Lalu akan memperlakukan aku sangat dan sangat baik.
Rasa sakit yang aku rasa, … luruh dan hilang bersama uraian air matamu yang mengalir. Dan aku selalu kalah…dan kalah oleh kata-kata manismu. Dilubuk hati terdalam aku selalu berharap kamu benar-benar sadar dan menyesali kekhilafanmu dan kembali kesosok yang dulu.
Tapi beberapa hari kemudian… atau beberapa minggu kemudian tanpa aku tahu apa penyebabnya, ataupun perbuatan yang mana menyinggung perasaanmu, atau karena hal-hal yang sangat sepele, kamu akan melakukan …dan melakukan kejadian yang sama.
***
Mungkin kamu pikir aku lemah. Aku lebih memilih diam. Karena aku berharap rumah tangga kita masih bisa dipertahankan.
Memar-memar itu semakin banyak. Menghiasai mata, muka, tangan dan tubuhku.
Saat kita pulang kerumah orang tuamu pun, kamu berani memukulku. Kamu benar-benar berubah menjadi sebuah sosok yang sangat kasar dan tak berpersaan. Soratan matamu, berbeda dan menjadi sangat mengerikan.
Aku tak tahan dengan semua ini, batas kesabaranku pun sudah habis. Aku harus melawan tamparanmu, kutangkap tanganmu yang kamu arahkan kemukaku untuk kesekian kali. …dan karena aku melawan…Kamu menjadi bertambah marah dan menjadi sangat berang.
Kamu mendorongku kearah dinding, dan aku tersungkur dan pinggangku terbentur kursi.
Sakit. Sakit sekali…sambil menahan sakit dan mengelus-ngelus pinggang yang terbentur kursi, aku dengan sekuat tenaga berusaha bangun dan membalas memukulmu.
Dan tanpa sengaja pukulan tanpa arahku, malah kena kaca matamu, yang minus berat. kaca mata jatuh kelantai. Saat kamu meraba-raba lantai untuk mencari kaca matamu, … kuambil kesempatan dan kutarik kedua tangan anak kita dan langsung lari keluar, lalu cepat-cepat naik angkot yang lewat, setelah separuh perjalanan, baru kusadari bahwa angkot yang kutumpangi, salah jurusan. Aku turun dan naik angkot lain yang menuju rumah orang tuaku.
***
Keesokan harinya, kamu datang kerumah orang tuaku, untuk merebut anak-anak kita.
Aku tak mungkin menyerahkan anak-anak ketangan orang seperti kamu. Bagaimana nasib mereka, mungkin tanpa kamu sadar, kamu akan melukai atau membunuh mereka. Setidaknya aku tak ingin merusak mental kedua anak tersayangku.
Dari dalam kamarku, sekilas terdengar suara Papaku, dan kudengar dengan galak dia mengacam kamu, “kalau kamu berani masuk, akan aku potong-potong kamu (mungkin melihat kedatanganmu papa, mengambil golok ),… sebentar lagi polisi akan kesini, coba kamu berani, dan tidak pergi, aku yakin kamu akan diringkus dan bisa menikmati nasi gratis dibalik terali”.
Terjadi pertengkaran kecil antara kamu dan papa. Kamu benar-benar berubah, karena dulunya kamu sangat sengan dan sangat menghormati papa. Sekarang kamu berani menjawab bahkan berkata lantang.
“Aku akan datang lagi”.
Papa, mama serta saudara-saudaraku, menganjukan aku untuk pergi dari kota ini, dan akhirnya aku pindah kedaearah sebelah. Tapi dengan orang-orang setempat, keluargaku bilang aku pindah keibukota.
Ini semua kulakukan demi keamanan jiwa aku dan kedua anak-anaku.
***
Pekerjaan sulit aku dapat, walaupun aku sudah mencari dan terus mencari. Rupanya tanpa kenalan dan referensi perusahaan, dijaman sekarang pekerjaan sulit buat aku yang hanya lulusan SMEA.
Uang yang kubawa sudah habis untuk makan dan hidup sehari-hari. Pulang kedaerah asalku, tak mungkin kulakukan.
Ada seorang tetangga yang bekerja sebagai penghibur malam, menawariku, untuk bekerja ditempatnya.
“Ya, Tuhan…separahkan inikah jalan hidupku, sampai harus jatuh kelumpur nista dan dosa?”, rintih dimalam yang kelam.
Kata-kata yang manis dari tetanggaku, akhirnya membuatku jatuh kelumpur nista.
Aku tak menyalahkannya, hanya ini jalan yang bisa dia tawarkan untuk membantuku dan dialah satu-satu orang yang kukenal sesampainya aku ditempat ini.
Aku sendiri lah yang salah, aku yang tak mampu bertahan saat dihadapi kesulitan begini, dan membuat aku tak mampu berpikir banyak dan panjang. Aku sudah tak ambil pusing dengan, memikirkan dosa,… asal tangis anak-anakku menahan lapar, bisa reda.
Dan kesalahan terbesar yang aku lakukan kepada kedua buah hatiku adalah membesarkan mereka dengan uang nista.
***
Lima tahun sudah, aku berpropesi sebagai wanita penghibur, untuk memuaskan laki-laki hidung belang. Setiap malam, aku mesti meladeni siapa saja, laki-laki yang berbeda dan yang rela mengeluarkan beberapa puluh lembar uang rupiah .
Jujur,… sakit rasa hatiku, setiap kali aku mesti melakukan hal ini dengan orang yang tidakku cintai ataupun bahkan tidak kukenal sama sekali.
Ingin kusudahi, semua pekerjaan ini, dan mencari pekerjaan lain yang tak perlu menyiksa batin dan hati.
Tapi kemanakah aku harus mencarinya ?
***
Suatu hari, aku berkenalan dengan sesorang laki-laki yang umurnya kurang lebih seumur papaku, dan dia brani membayarku dan menjadikan aku wanita simpanan.
Tanpa pikir panjang, aku menerimanya. Aku berpikir, masih lebih baik jadi wanita simpanan dari pada wanita penghibur. Setidaknya aku tak mesti menghadapi sikap kasar ataupun perlakuan yang menjijikan dari berbagai macam laki-laki yang mesti aku layani.
Hidup memang membuat kita tak memiliki pilihan. Semua kulakukan demi anak-anakku, walaupun aku tahu, seandainya mereka besar nanti, mereka akan malu jika tahu kalau mamanya seorang wanita penghibur.
Tak ada cinta lagi dihatiku, sejak laki-laki yang pertama dalam hidupku, memporak-porandakan hatiku. Menyakiti aku secara fisik dan mental. Cintaku telah mati, sejak aku memilih untuk pergi dari sisinya.
Apalagi penderitaan hidup yang datang silih berganti dalam hidupku. Membuat aku tak berani untuk mengenal cinta apalagi larut didalamnya. Sekarang cinta yang ada dihatiku, hanya demi lembaran rupiah.
***
Sepuluh tahun sudah berlalu…
Sejak mereka masih SMP, aku memutuskan untuk menyekolahkan mereka didaerah lain dan akhirnya menitipkan mereka pada seorang tanteku yang berada di Ibukota. Aku tak ingin anak-anakku, mengetahui siapa aku sebenarnya. Aku memang munafik…tapi sebongkah hatiku, selalu masih ada kasih sayang yang hangat dan utuh untuk mereka.
Aku tak ingin mereka tahu apa pekerjaanku, karena aku takut kehilangan mereka…aku takut mereka membenciku…aku tak ingin mereka menjauhiku karena hanya merekalah KEKUATANKU untuk melewati hari-hari yang penuh tantangan ini.
Sekarang mereka sudah selesai kuliah, dan dapat pekerjaan diibukota. Akhirnya atas desakan mereka aku pun akhirnya pindah bersama mereka. Aku memang sejak lama berharap bisa meninggalkan kota ini dan melupakan sisi kelam dalam hidupku.
***
Rupanya kebahagianku tak lama, saat aku dinyatakan mengidap AIDS oleh dokter, saat Sibungsu membutuhkan darahku, karena mengalami pendarahan yang sangat hebat karena kecelakaan.
Dunia terasa gelap. Kaki terasa ngemetar, tak sanggup mendengar kabar kalau sibungsu tak tertolong dan kutahu darahku tak boleh digunakan karena terdektesi virus AIDS.
Inilah semua buah, dari perbuatanku. Tak ada yang mesti aku sesali…mungkin inilah bayaran yang mesti aku lunasi atas semua perbuatanku selama ini.
***
Dua hal yang ingin aku lakukan sebelum ajal menjemputku. Yang pertama adalah menceritakan semua hal, semua cerita yang memalukan dalam kehidupanku, semua sisi kelam kehidupanku dan meminta maaf…. pada Sisulung. Yang kedua meminta ampun kepada Tuhan, atas segala dosa-dosaku. Walaupun aku tahu, aku terlalu kotor dan tak pantas untuk ini.
Banyak penyesalan-penyesalan yang baru kusadari disaat aku merenung nasibku. Apalagi, saat aku sungguh-sungguh terpanggil dan benar-benar ingin belajar dan mengenal firman Tuhan. Digereja banyak aku dengar renungan dan kotbah yang mampu menyadarkanku.
Rasa sesal, pelan-pelan menyelimuti hatiku. Penyesalan yang paling mendalam yang tak mungkin hilang sampai aku menutup mata , adalah menyadari, entah sudah berapa banyak orang yang kutular, entah sudah berapa banyak keluarga yang aku sakiti. Entah sudah berapa banyak, rumah tangga yang kuhancurkan dan aku buat laki-laki mereka menghianati istri, anak dan rumah.
Untuk kemudahanku dalam menjalani hidup,… untuk merengut kebahagian duniawi,… entah telah berapa banyak kebahagian orang lain kuambil.
Egois, ..aku sungguh egois.
Aids, adalah buah, cinta karena rupiah. Aids adalah buah keserakahanku,… buah keegoisanku.
Sekarang, Tak ada harapan dan tak kumiliki kekuatan, hidupku hanya untuk menunggu kematian.


Ps : Cerita fiksi ini, kuangkat dalam mendukung gerakan Anti AIDS

Taiwan, 7 Maret 2009

Sabtu, 14 Februari 2009

Hallo semua sobat...yang berkenan singgah dirumahku yang satu ini!

Ini rumah baruku....

Gara-gara kemarin blogku
http://kweklina.wordpress.com sempat diblok (tak bisa aktif) oleh MR Wordpress, akhirnya sebagian tulisanku kupindahin kesini.

Semoga rumahku yang ini, tetap bisa menjadi tempat kita bertukar cerita dan pengalaman, berbagi dan terus saling peduli.

Salam hangat persahabatan buat anda semua.

Jumat, 13 Februari 2009

Roy, Izinkan Aku Menemanimu!

By Aling

Akhirnya aku memutuskan untuk pindah ke kampus baru, selain lebih dekat dari kostku, fasilitas yang tersedia juga lebih lengkap.

Tampangku yang kalem (kata teman-temanku) dan postur tubuhku yang mirip model (hanya mirip loh...) mampu membuat aku menjadi sorotan mahasiswa dikampus UNTAN ini.Selain kuliah, saya sibukan diri di berbagai kegiatan akademik, karena keaktifanku dikegiatan akademi namaku cepat dikenal .


Banyak surat-surat cinta yang kuterima, atau ajakan secara langsung untuk menikmati akhir pekan atau sekedar jjs. Tapi aku tak berminat dengan semua ajakan tersebut. Ngak tahu knapa,t ak satupun mahasiswa dikampus ini yang dapat membuat hatiku tersentuh. Kurasa perbuatan mereka terlalu berlebihan dan konyol.
Pagi ini pelajaran komputer.A ku paling suka dengan dosen yang satu ini. Berkulit putih, bermata teduh dibalik kaca mata minusnya dan yang paling menarik dia mengenakan pakaian apa saja enak dipandang. Aku paling semangat jika dia lagi menerangkan.
Kupandang terus mukanya sambil mendengarkan dia memberi penjelasan atas pertanyaan salah satu mahasiwa. kadang-kadang aku merasa dia juga memandangku (lagi narsis....)
Semua ini aku ngak berani ceritakan pada siapapun termasuk sahabat karibku Lisa.
"Aduh nona manis ngelamun apa sih?", dosen sudah keluar masih duduk dengan tatapan kayak gitu", kata Lisa melambaikan 5 jari-jarinya didepan mataku.
Walah aku masih larut dalam lamunan yang menghatarkanku kedunia lain... kok bisa ya otakku memikir dosen satu ini, sampai separah ini.


***

Pagi ini kayak biasa , saya tunggu bis mau pergi kuliah. Sudah hampir setengah jam, saya berdiri menunggu disini. Tapi bis selalu penuh dengan orang-orang. Maklum kalau pagi hari banyak orang mau kesekolah, kekampus, ke kantor.
Tiba-tiba aku dengar klakson dari mobil didepanku.
"Ayo naiklah, kita sama-sama kekampus ", kata Roy melambaikan tangan dari dalam mobilnya.
Roy adalah teman sefakultasku.Tanpa berpikir panjang saya naik kemobilnya jika tidak , saya bisa-bisa terlambat mengikuti mata kuliah dosen kiler hari ini.
"Kamu, kok lewat sini ", kataku memulai pembicaraan.
"Rumahku diujung jalan itu, orang tuaku buka toko Permata Bunda", katanya menjelaskan.
"Lah, kamu juga tinggal didaerah sini ya?", katanya balik bertanya.
"Aku kost di gang Asean", kataku lagi.
"ya sudah setiap hari saya jemput kamu kan searah ",katanya menawarkan diri.
"Ah... ngak usahlah, ngak enak sama kamu", kataku menolak dengan halus, padahal aku takut jadi gunjingan dikampus. Karena aku merasa Roy juga menaruh perhatian denganku.


***

Sudah satu minggu ngak melihat dosen favoritku. Hari ini pelajaran komputer lagi. Aku sengaja berpakaian agak menarik, sehelai demi sehelai baju-baju dilemariku kucoba, akhirnya aku pilih kemeja biru dan mengenakan rok jeans diatas lutut.Rambutku kusisir berulangkali, kupoles sedikit lip gloss, kulihat cermin berulang-ulang (untung cermin ngak bisa bicara....) apakah sudah oke penampilanku. Setelah itu saya bersiapa-siap menunggu bis didepan gangku.
Bunyi klakson, membuyarkan aku dari lamunan, kulihat Roy melambaikan tangan kearahku, "sudah sekalian sama-sama kekampus", katanya sembari mengeluarkan kepalanya.
Akhirnya aku naik juga. Sesampai di parkir kamus, pas mau turun kulihat dosen favoritku keluar dari dalam mobilnya. Dengan senyum ramah aku menyapanya"Selamat pagi Pak!".
"Pagi", kata dosen itu sembari tersenyum.
Dari percakapan kami baru aku tahu bahwa dosen itu adalah saudara sepupu Roy.
Sejak melihat saya dengan Roy diparkir kampus itu, dosen ini menggangap saya dan Roy adalah sepasang kekasih.
"Jaga Roy baik-baik ya?", katanya suatu hari pas ketemu di ruang komputer pas yang lainnya lagi sibuk-sibuk membuat tugas komputer.
"Walah... saya dan Roy hanya teman saja, Pak!",kataku membela diri.
"Roy bilang, dia naksir berat sama kamu",katanya melanjutkan pembicaraan.
"Saya hanya anggap Roy sebagai sahabat", kataku lagi sambil menetralkan hatiku yang mulai berdetang kencang.
"Ya Tuhan, yang aku taksir bukan Roy tapi kamu", kataku dalam hati.Tapi aneh justru orang yang aku sukai kok kayaknya cuek-cuek aza.


***

Akhirnya, kuputuskan cerita dengan Roy, bahwa yang aku suka adalah Dosen komputer itu.
"Apa?", kata Roy setengah terkejut. Dia hampir tak percaya.
"Iya",kataku.
"Aku ngak bisa bohongin hatiku,dan aku juga ngak punya cara supaya dosenku itu tahu, ada sebuah rasa dihatiku melihat dosen itu.Bantu aku ya Roy!"kataku seraya memohon.
Kulihat kekecewaan dimata Roy.
"Roy maafkalah aku, mungkin aku bukan yang tepat untukmu, aku yakin Tuhan telah sediakan yang terbaik buatmu", kataku sambil kulihat rawut mukanya yang berbeda.
"Roy, kamu mau bantu aku ngak?", kataku mengulang lagi kalimatku tadi.
"Ya, aku usahakan", katanya seraya menarik nafas panjang.
***setelah Roy ceritakan ke Heri (nama dosenku). Heri mulai menelponku, mulai mengajakku jalan-jalan, ketoko-toko buku atau perpustakaan. Ini adalah tempat favorit Heri. Aku mulai sibuk dengan kebersamaanku dengan Heri. Aku senang bersamanya walau tempat yang dia kunjungi ngak semuanya adalah tempat yang biasanya dikunjungi anak-anak muda. Aku mulai lupa dengan Roy. Suatu sore aku dapat sebuah dari sms Roy.
"Laura,kamu sudah jadian belum dengan Heri, aku harap kamu bahagia, kamu memang pantas dengan Heri. Aku juga ngak mungkin bisa membahgiakanmu,karena....."
Aku heran kok ngak ada kelanjutannya. Aku balas smsnya.
"Karena apa Roy?", kataku dalam sms.
Tapi ngak pernah ada balasan dari Roy.
Sebulan, dua bulan, tiga bulan waktu berlalu Roy hilang bagai ditelan bumi. Tak pernah aku lihat dia dikampus, atau setiap pagi didepan gangku. Aku kira dia sibuk dengan bisnis orang tuanya yang buka cabang didaerah lain. Dari pembicaraan salah satu mahasiwi samar kudengar pernah melihat Roy di rumah sakit ganti darah.Kudekati mahasisiwi itu . Kutanyakan apa yang kudengar tadi .
" Roy mengindap Leukimia?", tanyaku hampir tak percaya.
Mahasisiwi itu mengangguk kepala. Saa t itu dia juga menggantar mamanya cuci darah karena leukimia.
"Ya Tuhan, Roy kok ngak pernah cerita kepadaku",kataku terkejut seraya menempelkan kedua tanganku kemulutku yang melonggo mendengar berita ini.
Kutelepon Roy, tapi dia tidak pernah mau mengakat telepon dari aku. Ngak banyak orang yang tahu atas penyakit Roy ini, Heri aja terkejut saat saya beritahukan. Aku kerumah Roy.Tapi ngak kutemukan Roy disana.Ternyata Roy pindah kekota sebelah dimana perawatan medis lebih lengkap. Kusiapkan barangbarangku dan aku pergi mencarinya dikota itu. Setelah aku temukan alamat yang diberikan tetangganya aku memberanikin diri memencet bel rumah bercat biru ini.
"Cari siapa non",k ata wanita separuh baya.
"Maaf tante apa ini rumah Roy", kataku lagi.
"Iya, kamu siapa?", katanya balik bertanya.
"Aku sahabat Roy, kami satu falkutas. Boleh aku menjenguknya, tante", kataku sambil tersenyum.
"Boleh, terimakasih, silakahkan, tapi Roy sudah banyak berubah, dan saya tidak tahu pasti apakah dia mau menemui kamu!", katanya mempersilahkan aku masuk keruang tamu.
Mamanya mengetuk kamar Roy, akhirnya dia mempersilakan saya masuk dan dia pergi kedapur menyiapkan sesuatu untuk Roy.
***Kulihat Roy terbaring lemah, kurus ditempat tidurnya.
"Roy, kamu kok ngak pernah cerita dan menghilang begitu saja, aku sahabatmu", kugenggam tangganya.
"Laura, aku malu dengan keadanku ini, lihat rambutku sudah mulai rontok,aku sudah jelek sekali dan umurku hanya tinggal hitung waktu saja", katanya begitu lemah.
"Ya setidaknya aku bisa menemanimu atau aku siap berbagi cerita denganmu", kataku sambil tersenyum gentir.
"ah, biarlah semua seperti biasa,jangan karena penyakitku membuat kamu kasihan", katanya sambil menyalahkan remote televisi.
Dibalik penyakit ganas itu ,masih kulihat ketegaran dihati Roy. Kami berbicara panjang lebar, sampai menjelang senja, aku berpamitan dan berjajnji akan sering-sering menjengguknya.
Sekarang dalam hatiku ada rasa kasihan dengan Roy. Bila ada waktu luang aku selalu menyempatkan diri untuk mengajaknya jalan-jalan dekat rumahnya, biar dia menggerakan otot yang sudah makin lemah. Aku selalu menemaninya, karena bisa saja dia tiba-tiba pingsan tak sadarkan diri, aku ingin saat itu ada orang bersamanya. Rasa sakit itu bisa tiba-tiba merasuk ditubuhnya ,kadang aku lihat dia kesakitan sampai merinding kedinginan. Apalagi saat dilakukan terapi penyembuhan, kulihat dia menahan sakit yang luar biasa,l alu tergulai lemas. Kurebahkan kepalaku didadanya, aku ingin tubuhnya dapat merasakan kehangatan dari auraku,k ugenggam tangannya untuk memberi suatu kekuatan padanya dan aku ingin dia tahu, aku bersamanya. Aku benar-benar ngak tega lihat keadaannya.
***Roy, inzinkan aku menemaimu, saat matanya terbuka dari pingsan yang kesekian kali. Setelah sadar beberapa saat dia menyuruh aku pulang untuk istirahat. walaupun sedikit waktu yang kamu miliki, aku harap dihari-hari terakhirmu aku bisa membuat kamu bahagia dan selalu menemanimu.
"Thanks, Laura. Kehadiranmu memang mampu membuat aku kuat,tapi aku ngak mau gara-gara aku kamu jadi melalaikan tugas-tugasmu, aku mau kamu seperti biasa dan jangan perlakukan aku seperti orang sakit", katanya setengah memohon.
Kebersamaanku dengan Roy, menumbuhkan rasa simpatikku padanya. Pelan-pelan menggeser rasa cintaku pada Heri. Aku juga ngak tahu apakah ini dinamakan cinta. Semudah itukah cinta berpaling? Yang aku tahu Roy lebih butuh aku. Akan kutemani Roy menikmati hari-hari yang tertinggal, yang kami tidak tahu hanya berapa lama. Kucoba beri dia kekuatan. Kuhangatkan dia dengan pelukan.
"Roy, walau sedikit waktu yang kita miliki, aku ingin ini adalah saat-saat termanis yang pernah kita alami", kataku suatu hari seraya mendorong kursi rodanya di taman rumah sakit.
Penyakit Roy sudah makin parah dan mengharuskannya rawat inap dirumah sakit.
"Thanks Laura,maafkan aku telah merepotkanmu",katanya sambil tersenyum.
ku tempelkan telunjuku dimulutnya. Aku perbaiki shall dilehernya ,aku harap kamu bisa menikmati hari-hari bersamaku, jangan pikir yang macam-macam.
"Roy, aku juga merasa mulai mencintaimu", kataku sambil berjongkok menggengam tangannya.
Kulihat butiran jatuh dari sudut matanya.
"Laura, aku tak pantas membuat kamu begini, aku juga tak pantas menerima cintamu ,aku sudah banyak menyusahkanmu, aku ngak mau kamu merasa kasihan padaku", katanya seraya memandang orang yang berlalu -lalang ditaman ini.
Kuhapus air mata yang mulai mengalir itu.
"Bukan karena kasihan, kebersamaan kita selama ini membuat aku lebih mengenalmu", kataku sambil mendorong kursi rodanya kearah kolam ikan.
"Izinkalah aku menemanimu !sampai akhir hidupmu", kataku setengah memohon.
"Laura aku ngak tahu mesti bagaimana?Satu kata yang mampu aku ucapkan THANKS!",katanya sambil menepuk lemah tanganku.
"Janji ya! kita bersama ", kataku sambil menempelkan kelinking kami.
Heri akhirnya pacaran denga Lisa sahabat baikku. Dia merelakan aku dengan keputusanku. Walau pertama kali aku bilang aku mencintai Roy, aku dibilangnya orang gila, tapi perbuatan aku dapat menyakinkannya bahwa aku benar-benar mencintai Roy. Dia juga tahu, Roy memang lebih butuh aku.


***

Tanah itu sudah mengering. Kubawa serangkai bunga matahari kesukaan kami. Kuletakan dipusaranya. Roy berpulang dalam dekapanku, 5 tahun silam.
Tapi memori indah bersamamu dihatiku tak akan pernah mati...
"Laura kamu harus cari penggantiku, aku baru bisa tenang dialam sana", itulah kata-kata terakhir yang diucapkannya sebelum menutup mata.
"Roy, biarlah aku simpan namamu dalam hatiku.Tapi aku ingin kamu tahu, aku tidak pernah menyesal dengan keputusanku. Keputusanku bersamamu sudah benar, walaupun sedikit dan sebentar waktu yang kita miliki. Aku merasa bahagia. Seperti pelangi walau muncul hanya sebentar tapi keindahannya selalu dikenang dan didambahkan semua jiwa. Kuharap kamu bisa tenang disana", kataku seraya memandang angkasa, aku tahu kamu melihatku dan menjagaku dari atas sana.


Taiwan, 9 september 2008

Misteri Kehidupan

Misteri kehidupan hanya akan ternjawab lewat peristiwa yang kita lalui

Tapi kadang memerlukan kekuatan jiwa untuk melewatinya

Kadang jiwa malah nelangsa dan tak mau tahu

Atau pasrah tak bisa berbuat apa-apa

Ya…jiwa pun perlu istirahat sejenak

Menata puing-puing yang hampir beratakan

Ataupun….

Memikirkan bagaimana menyibak dan melewati misteri berikutnya!

Kamis, 12 Februari 2009

Pa, Aku mencintai Christ!

By Aling

Pagi-pagi sekali Ani sudah bangun,Ani sudah bersiap-siap dan berdandan cantik-cantik. Dia merasa senang karena semalam mamanya bilang mau mengajaknya kerumah neneknya. Ani paling senang kerumah neneknya karena disana banyak teman bisa bermain.Tidak seperti dikota anak-anak hanya dikurung dirumah,hanya bisa nonton,bisa bermain game. Dirumah nenek saya bisa bermain dengan Ari,Sally,Tio..ani menyebutkan satu-satu anak-anak tetangga di dekat rumah neneknya, kata ani dengan riaang.

Pantai Penantian

Kuberjalan seorang diri ditepi Pantai Kenting ini. Air laut sekali-kali menyapa kakiku seakan-akan ingin mengajakku bermain. Mencoba membantuku menghapus segala risau dalam dada. Sejuknya angin pantai mulai menembus kulitku, kutarik resleting jaketku, lalu kuperbaiki shall dileherku, mungkin juga karena hampir memasuki musim dingin, jaket juga tak mampu menghangatkan tubuhku.

Kuberjalan dan terus berjalan. SetidaMasih tersisa keheningan dan kedamaian disini, walaupun pantai hari ini tak mampu menghilangkan rasa risau dalam hatiku.



Kuteringat 3 tahun lalu, dipantai ini Troy pergi meninggalkanku. Perpisahan itu sangat menyakitkan bagiku. Ya mungkin juga buat Troy .Karena semua ini bukan yang diinginkan kami. Kejadian itu yang membuat aku, tak bisa menerima bagaimana perlakuan Papaku, membuat aku merasa semakin ingin pergi jauh dari mereka.

"Pa,........ kau egois,......... kau kejam, kau pisahkan kami walau kamu tahu kami saling mencintai", kataku setelah tahu kejadian semuanya dari blog Troy didunia maya.

"Papa, berusaha melakukan yang terbaik buat kamu, Papa tidak bermaksud ingin menyakiti hatimu, kamu bisa mencari penggantinya, yang lebih segalanya dari anak gembel itu", kata Papaku membela diri.

"Tapi hanya Troy aku aku cintai, knapa Papa tak pernah mau mengerti dan memahami aku", kataku sambil berlalu, keluar dan berusaha menghilangkan ketakberdayaan ini dengan mencari kesenangan diluar.

Rumah, bagai neraka bagiku. Aku benci bertemu dengan Papa. Laki-laki yang dulunya sangat aku cintai tapi juga laki-laki yang paling menyakiti perasaanku. Aku lebih sering mencari hura-hura di diskotik, dibalik hinggar- bingarnya lampu disko dan musik-musik pub,r okok menjadi sahabatku, kebut-kebutan dijalan raya menjadi hobbyku karena disitu aku bisa melampiaskan ketidakpuasanku, atas apa yang aku alami.

Sehingga aku kenal baik dengan om-om polisi karena sering kena razia di diskotik atau dijalan raya. Papa sangat malu dengan semua perbuatanku, itu bisa kulihat dari setiap kali dia menjemputku dikantor polisi sebagai penanggung jawabku dan membayar uang jaminan.

Aku senang jika Papa tahu aku pergi ketempat-ketempat telarang itu, aku juga merasa puas bisa membuat Papa cemas. Papa tak mampu melarangku, aku tak pernah mengubris segala ucapannya. Masuk telinga kanan keluar telinga kiri.Walaupun aku tahu, Papa mulai menyesal atas tindakannya karena itu ada awal dari kehancuranku.

Suatu malam aku dengar Papa menyetel salah satu lagu lama, Pan Mei Chen, 我想有個家. Lagu itu sayup-sayup terdengar dari bilik kamarku.

http://www.youtube.com/watch?gl=TW&hl=zh-TW&v=y9BzczV1wZg

我想有個家(吉他自彈自唱)
wo siang yo ke cia
saya pengen sebuah rumah

作詞:潘美辰 作曲:潘美辰


想要有個家 一個不需要華麗的地方
siang yau yo ke cia i ke pu shi yau hua li te tifang
ingin sebuah rumah sebuah yang ngak terlalu indah


在我疲倦的時候 我會想到它
cai wo pi cien te se ho wo hue siang tau tha
dimana saya capek saya merindukannya


我想要有個家 一個不需要多大的地方
wo siang yau yo ke cia i ke pu shi yau tuo tha te tifang
saya ingin sebuah rumah sebuah rumah yang ngak terlalu besar


在我受驚嚇的時候 我才不會害怕
cai wo so ching shia te se hou wo cai pu hue hai pha
disaat saya takut saya ngak merasa takut


誰不會想要家 可是就有人沒有它
se pu hue siang yau cia ke shi co yau ren me you tha
siapa yang ngak ingin rumah tapi ada orang yang ngak ada mereka


臉上流著眼淚只能自己輕輕擦
nien sang lie cek yen le ci nen ce ci cing cing cha
muka jika ada air mata hanya bisa pelan mengusap


我好羨慕他 受傷後可以回家
wo hau sien mu tha so sang ho ke i huei cia
saya cemburu dgn dia hancur bisa pulang kerumah


而我只能孤單的 孤單的尋找我的家
e wo che nen ku tan te ku tan te sin cau wo te cia
saya hanya bisa sendiri sendiri mencari rumah saya


雖然我不曾有溫暖的家
sue lan wo pu chen you un luan te cia
walaupun saya ngak ada rumah yang hangat


但是我一樣漸漸地長大
tan se wo i yang cen cen ti cang ta
tapi saya tetap tumbuh besar


只要心中充滿愛 就會被關懷
ce you sin chong cong man ai co hue pe kuan huai
selama hati ada cinta pasti ada orang yg peduli


無法埋怨誰 一切只能靠自己
wu fa may yen se i cie cek len kau cih ci
ngak bisa mau salahkan siapa semua itu hanya bisa percaya dengan sendiri


雖然你有家 什麼也不缺
suei lan ni you cia se mok ye pu chie
walaupun kamu ada rumah apapun ngak kurang


為何看不見你露出笑臉
wei he kan pu chien ni lu cu siau lien
knapa ngak pernah lihat kamu tersenyum


永遠都說沒有愛 整天不回家
young yen to so mei you ai ce thien pu huei cia
selamanya bilang ngak cinta setiap hari ngak pulang kerumah


相同的年紀 不同的心靈 讓我擁有一個家
siang tong te nien ci pu tong te sim ling lang wo yong yo i ke cia
sama masa ngak sama hati buat saya ada sebuah rumah


Rasa bersalah atas semua perbuatanku akhir-akhir ini, pelan-pelan menyelimuti hatiku. Papa sudah mulai tua. Apalagi ditambah dengan kerisauannya tentang aku yang berubah hampir seratus persen. Rawut mukanya tak seperti dulu, nampak cemas dan lelah,r ambut sudah hampir putih semua padahal usianya baru 57 tahun.

Cinta Troy tak mungkin kuraih dan genggam, tapi aku masih memiliki rasa peduli dan kasih sayang dari seseorang laki-laki yang tak pernah bersyarat yaitu "Papaku".

"Tapi knapa aku selalu berusaha menolaknya dan lari dari cinta tulunya?"

"Mampukah aku merubah semua kelakuan burukku selama ini?"

Lagu itu mampu menyadarkan aku tentang kesalah-kesalahan kuselama ini dan tentang kasih sayang Papa yang selalu kutolak.

"Tuhan inikah pilihanku? "

"kKnapa kami dipertemukan jika kami tak boleh bersatu", kataku dalam hati seraya duduk disebatang kayu ditepi pantai ini.

Kumainkan sebuah ranting Kuukir namaku dan Troy disana .Berharap sebelum tulisan ini hilang dihapus air laut, Troy bisa membaca dan melihatnya. Biar dia tahu aku masih mencintainya, meridukannya.

Pantai ini, kusebut Pantai Penantian. Banyak kenangan-kenangan indah kami tertuang dipantai ini, tapi disini juga Troy meninggalkanku.

"Sampai saat ini aku tak pernah tahu dimana dia?"

"Kemana dia ?"

"Bagaimana keadaannya?"

" Apakah ada penggantiku dalam hidupnya?"

Walaupun pertanyaanku tak ada jawabannya. Tapi dari lubuk hati terdalama aku juga selalu berharap disini juga kelak kami akan dipertemukan lagi.

Aku hanya berharap,Troy bahagia,atidak lemah seperti aku.Kuharap dia tetap sebagai sosok yang kokoh dan tegar.

Akhirnya kuputuskan pulang. Satu yang harus aku lakukan, aku harus meminta maaf dari Papaku, atas segala perbuatanku selama ini, atas segala kehilafan anak kesayangannya, sebelum semuanya terlambat.

Satu-persatu masalah harus kuperbaiki. Satu-persatu kebiasaan buruk harus kuhilangkan. Aku harus belajar menjadi sosok yang lebih baik. Setidaknya andai suatu hari aku dan Troy dipertemukan, dia tidak menemukan aku dalam sosok yang lemah, yang rapuh dan hampir tenggelam dibawa arus kehidupan yang kejam.

Aku akan tetap seperti Philia yang dulu! Philia yang tetap dengan sejuta cinta buatnya!Philia yang membuat siapapun ingin bersahabat dengannya! Dan juga menjadi Philia anak Papa yang paling baik dan manis!

"Tuhan, bantulah aku....berikan aku kekuatan, bimbinganlah aku untuk merubah segalanya supaya lebih baik!" kataku seraya melangkahkan kaki kearah mobilku dan akan langsung pulang kerumah, menemui dan memohon ampun dari Papa atas kesalahanku selama ini.

Taiwan, 5 Oktober 2008

Kita Dipermainkan, Keadaan!




Pic diambiL dari www.kathys-comments
By Aling

Lonceng berbunyi, tampak keceriaan diwajah anak SMEA Immanuel siang ini. Istirahat adalah saat-saat yang dinantikan oleh kami, setelah 2 jam menikmati celoteh guru-guru yang sedikit membosankan. Semangatku mulai timbul, karena dari tadi pelajaran matematika membuat kepalaku jadi mumet. Aku cari Philia sahabat karibku dikelas sebelah. Kami beda kelas karena kami berbeda jurusan. Philia memilih jurusan akuntansi dan saya lebih memilih jurusan manajemen binis karena aku malas berhadapan dengan angka-angka , yang selalu membuat otakku mumet.

"Philia", kataku seraya menepuk bahunya. Saat kulihat dia lagi membereskan buku-buku kedalam tasnya.

"Oke", katanya mengandeng tanganku.