Kamis, 12 Februari 2009

SEPENGGAL LAMUNAN




By Aling (FIKSI)


Setelah mandi, badanku terasa cukup seger. Kurebabkan diri ditempat tidurku, setelah aku mulai menghidupkan laptop kesayanganku. Kubuka email ...tapi pikiranku malah melayang kekejadian disore tadi.

Andre...
10 tahun tak pernah bertemu. Hari ini kulihat dia lagi, dipintu keluar rumah sakit Santo Yosep. Karena terkejut...tak sadar aku hampir saja menabrak tiang pagar pintu masuk rumah sakit. Andre lalu menarik tanganku, sehingga tubuh kami saling bersentuhan, saat aku hampir terjatuh. Bagai tersengat magnet ...seluruh tubuhku terasa panas, mungkinkah tak pernah hilang rasa itu , apalagi tak sengaja mata kami saling bertatapan, dan aku yakin pipiku sudah memerah karena malu.



Kami saling bercerita tentang keadaan kami selama 10 tahun perpisahan ini. Rupanya dia tak pernah melupakanku,dan tak seorang pun mampu menggantikanku dalam tahta hatinya. Lain dengan aku,aku sudah menikah 2 tahun lalu, dan memiliki seorang putri yang sangat kusayangi.

Pas sore ini kami ada waktu luang,akhirnya kami memutuskan ke Pantai Khenting,menikmati indah senja ini.Matahari mulai berwarna jingga,sekali-kali terlihat burung camar terbang kian kemari.Laut begitu tenang.Seakan-akan tak mau mengusik,kebersamaan dan nostalgia kami.

Namun,kami lebih banyak diam,....hanyut dalam pikiran masing-masing dan kami sekali-kali tersenyum pas kedua mata kami saling beradu-pandang, mmm ... yang aku sendiri tak tahu apa arti senyuman itu.

Tapi, kehangatan dan ketenangan masih tetap terpancar dibalik mata teduhnya.

Saat dingin mulai menyapa, Andre melepaskan jaketnya, dan dikenakannya padaku. Kulihat alorji, dipergelangan tanganku, ternyata waktu begitu cepat berlalu, dan kami harus meneruskan pekerjaan kami masing-masing untuk mengunjungi klinik dokter, yang menurut teman-temanku adalah ronda.

#####


Aku dan Andre sama-sama bekerja disalah satu perusahaan farmasi, dan ditugaskan dikota yang sama. Kami berbeda perusahaan. Kuceritakan padanya, bahwa suami dan anakku berada dikota lain, karena suamiku bekerja disana, sedangkan anakku diasuh oleh mertuaku. Kesendiriankulah yang kadang membuat aku butuh sahabat.

kami sering bertemu, hanya sekedar menyantap makan malam ataupun sekedar berbagi informasi tentang farmasi. Andre kadang lupa, sekali-kali masih seperti dulu selalu memperlakukan aku dengan sangat baik.Sekali-kali dibelainya rambutku. Ataupun saat tanganku hampir terjepit pintu ruangan rumah sakit, suatu siang, dia cepat-cepat mengambil tanganku, lalu mengelus-ngelus serta meniup-niupnya. Gerakan reflek itu, kadang membuat hatiku selalu teringat kemasa lalu.

Andre jauh berbeda dengan sifat suamiku, dia lelaki romantis dan sangat dewasa. Ngak tahu apa juga alasan kami kenapa berpisah.Saat itu kami baru duduk dikelas 2 SMA. Setelah tamat, tak pernah kudengar kabarnya, bagai hilang ditelan bumi.

###

3 tahun lalu aku bertemu suamiku, karena kami satu kampus berbeda jurusan. Hanya setahun masa pacaran kami, akhirnya kami menikah. Ngak tahu knapa saat itu aku terlalu cepat mengambil keputusan, walau kutahu sifat-sifat buruk darinya. Dia terlalu kekanak-kanakan, egois dan keras kepala, walaupun penyakit nya itu datang sekali-kali. Aku kira, waktu dan kebersamaan akan merubah sifatnya.

Tapi setelah 2 tahun mahligai rumah tanggaku, dia tak pernah berubah sedikit pun. Kebiasaan kumpul-kumpul dengan teman-temannya hanya sekedar ngobrol dan menghabiskan malam ataupun liburan, tak mampu dia hilangkan ataupun sekedar menguranginya. Jarang sekali dia mau mengajak saya dan anakku jalan-jalan seperti keluarga orang lain.Semua kutahan, aku selalu memberinya kesempatan...tapi seberapa banyak kesempatan yang aku berikan dia juga selalu menyia-nyiakannya . Pertengkaran sering terjadi antara kami, walau kadang hanya masalah kecil. Dan satu lagi hal yang paling aku tidak suka, seandainya dia yang salah, dia pun tak pernah mau mengakuinya apalagi meminta maaf.

###

Kadang yang aku sedihkan adalah anakku. Sebelia itu, dia tidak merasakan kebahagian seperti anak-anak lain.

Malah ..pernah timbul ide dikepalaku, BERCERAI...tapi jika aku teringat mimik anakku , SUNGGUH aku tidak tega, aku juga tidak ingin dia dibesarkan dalam keuarga yang timpang. Aku juga takut seandainya bercerai, mertuaku akan menjauhkannya dari sisiku. Ketakutan-ketakutan yang selalu menghatuiku.

#####


krisis yang melanda membuat aku juga harus ambil bagian bekerja untuk mencukupi kebutuhan rumah tanggaku. Sampailah akhirnya aku ditugaskan perusahaan 3 bulan, kekota kecil ini. Tak ada pilihan,aku harus berpisah dengan anakku. Satu minggu sekali aku pulang untuk menjeguk, memeluk dan bersamanya. Dialah cahaya dan penghangatanku. Ingin rasanya memboyongnya kesini, tapi aku juga takut dia malah terlantar bersamaku. Mengaji pengasuh, untuk saat ini, aku juga belum mampu.

Tanpa sengaja, sekali-kali kekesalanku kuceritakan pada Andre. Bagiku Andre adalah sahabat terbaik buatku. Walau kutahu Andre masih menyimpan rasa yang sama seperti 10 tahun yang lalu. Aku juga tidak ingin menghianati suamiku, tapi aku juga tak bisa kehilangan Andre untuk saat ini.

Pilihan apakah yang harus aku pilih.

Seandainya aku bercerai...bagaimana aku menghadapi orang-orang disekitarku?

Bagaimana aku menatap mata kedua orang tuaku ? karena pernikahanku dulunya juga dilarang mereka?

Bagaimana dengan nasib anakku?

Ataukah aku terus memberi kesempatan pada suamiku,karena ini adalah resiko dari segala pilihanku?

Semua pertanyaan yang tak terjawab memenuhi kepalaku.

Kututup laptop, dan aku berusaha melupakan semua masalah dan berusaha memejamkan mata, berharap setelah bangun, akan kudapati jawaban seperti matahari yang selalu menyapaku disela-sela gorden kamarku setiap pagi


pic saya ambil dari (sini)
Taiwan,10 Desember 2008

Tidak ada komentar: